Rabu, 15 Juni 2011

PDAM Diminta Tidak Tebang Pilih

SEMARANG - Upaya keras PDAM Tirta Moedal untuk menekan tingkat kehilangan air dengan menindak segala tindak pencurian mendapatkan apresiasi dari sejumlah kalangan.

Ketua LP2K, Ngargono mendukung penuh upaya tersebut. ”Saya menaruh apresiasi terhadap upaya itu. Bagaimanapun utang PDAM masih tergolong tinggi. Untuk bisa membayarnya,  salah satu upaya adalah menekan angka kebocoran penggunaan air,” kata dia, Selasa (14/6).

Upaya keras itu tentunya tidak menjadikan BUMD milik Pemkot Semarang tebang pilih. Bagi Ngargono, rumah-rumah mewah milik pejabat di lingkungan Pemkot maupun Pemprov, perusahaan tertentu maupun kawasan perumahan misalnya asrama, jarang sekali tersentuh.

Padahal diduga kuat pelanggaran pencurian air juga kerap dilakukan penghuninya. Dirinya mendapatkan keluhan dari orang dalam PDAM, kalau dalam sweeping tidak bisa menyentuh rumah pejabat. Padahal rumah tersebut fasilitasnya beragam, yang paling menonjol memiliki kolam renang.
Selain itu, kalau rumah masuk kompleks asrama sulit sekali tertembus. ”Berarti upaya PDAM selama ini masih tebang pilih. Lagi-lagi yang jadi sasaran tembak pelanggan kecil,” lanjut dia.

Sebagaimana diberitakan dari 2009 sampai sekarang ini PDAM menemukan ada 2.608 pelanggaran. Denda yang sudah terkumpul mencapai Rp 3,7 miliar, masih kurang Rp 425 juta.

Untuk pelanggaran berat ada 1.152 kasus, sedang ada 1.397 kasus dan ringan sebanyak 59 kasus. ”Saya minta dengan data itu PDAM tidak terjebak pada angka. Artinya, hanya mengumumkan jumlah sekian periode telah menindak sekian pelanggaran. Tapi benar-benar penindakan itu menyeluruh, tidak tebang pilih,” ungkapnya.

Terpenting juga, hasil sweeping itu juga mampu menekan angka kebocoran penggunaan air. Pernah terjadi PDAM mencatat tingkat kebocoran penggunaan air mencapai 56%. Ternyata setelah ada tindakan justru penurunannya tidak signifikan, sekitar 52% atau turun 4% saja.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Ari Purbono juga menghargai upaya tersebut. Namun upaya itu perlu ditindaklanjuti dengan pembenahan internal.

”Efektifkah sweeping itu dalam menekan angka kebocoran. Terlebih lagi dari upaya itu bisakah menarik piutang PDAM yang masih tergolong tinggi,” tandas dia.

Sementara staf ahli PDAM yang juga mantan Direktur Umum, Ety Laksmiwati menuturkan, sekarang pihaknya masih melaksanakan audit mengenai tingkat kehilangan air.

Manajer Sweeping, Joko Sancoyo membantah ada tebang pilih. Beberapa saluran air di rumah mewah terpaksa harus disegel, karena terbukti membuat jaringan baru air

Suara Merdeka, 15 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar